Lawang Sewu (“Seribu Pintu”) ialah landmark di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, yang di bina sebagai kantor pusat Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda. Bangunan masa kolonial familiar sebagai lokasi tinggal berhantu dan distrik syuting, meski pemerintah kota Semarang udah berjuang membuat evolusi citra itu. Kompleks Lawang Sewu terdiri berasal dari beberapa bangunan, dua yang utama mempunyai nama A dan B dan dua yang lebih kecil mempunyai nama C dan D, di Jalan Pemuda. Bangunan A yang berupa l menghadap bundaran Tugu Muda.
Ada dua menara sama di gedung A, yang mulanya dipakai untuk menyimpan air, tiap-tiap bareng dengan kapasitas 7000 liter (1800 US gal). Bangunan yang juga menjadi sebuah museum terkenal yang pernah ada ini miliki jendela-jendela kaca besar dan tangga besar di tengahnya. Ada pun sebuah terowongan yang menghubungkan bangunan A ke beberapa web beda di kota, pun tempat bermukim gubernur dan pelabuhan. Gedung B ada di belakang gedung A.
Tingginya tiga lantai, bareng dengan dua lantai kesatu terdiri berasal dari perkantoran dan yang ketiga memegang ruang dansa. Bangunan itu, bareng dengan jendela-jendela besar dan besar, pun miliki lantai bawah tanah yang sebagian dipenuhi untuk menenangkan bangunan melewati penguapan. Di depan suatu gedung berdiri suatu monumen guna lima karyawan yang terbunuh sepanjang Perang Kemerdekaan Indonesia.
Sejarah Dari Lawang Sewu
Lawang Sewu dirancang oleh Cosman Citroen, berasal dari perusahaan JF Klinkhamer dan BJ Quendag yang juga mengemukakan daftar sbobet pertama kali dalam dunia judi di Indonesia. Ini dirancang di dalam Gaya Hindia Baru, arti yang di terima secara akademis guna Rasionalisme Belanda di Hindia. Mirip bareng dengan Rasionalisme Belanda, type ialah hasil berasal dari upaya guna mengembangkan penyelesaian baru guna mengintegrasikan preseden tradisional (klasisisme) bareng dengan bisa jadi teknologi baru. Ini mampu diekspresikan sebagai type transisi pada Tradisionalis dan Modernis, dan paling terpengaruh oleh desain Berlage.
Konstruksi dimulai terhadap th. 1904 bareng dengan bangunan A, yang berlalu terhadap th. 1907. Sisa kompleks berlalu terhadap th. 1919. Awalnya dipakai oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, perusahaan kereta api kesatu di Belanda Timur, Hindia.
Setelah Jepang menginvasi Indonesia terhadap th. 1942, tentara Jepang menyita alih Lawang Sewu. lokasi bawah tanah gedung B diolah jadi penjara, bareng dengan beberapa eksekusi terjadi di sana. Ketika Semarang direbut pulang oleh Belanda di dalam peperangan di Semarang terhadap Oktober 1945, pasukan Belanda memakai terowongan yang menuju gedung A guna menyelinap ke kota promo slot. Pertempuran terjadi, bareng dengan tidak sedikit pejuang Slot Gacor Indonesia sekarat. Lima karyawan yang bekerja di sana pun tewas.
Setelah perang, tentara Indonesia menyita alih kompleks. Ia setelah itu dibalikkan ke perusahaan kereta api nasional. Pada th. 1992 ditetapkan sebagai Properti Budaya Indonesia.
Saat ini Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan tidak sedikit variasi koleksi berasal dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia. Koleksi yang dipamerkan pada lain: koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga dan lain-lain. Lawang Sewu menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri berasal dari foto, video, dan material restorasi. Mendekati pintu keluar, ada perpustakaan berisikan buku-buku berkaitan kereta api.