Benda Kuno yang Ditemukan di Indonesia

Benda Kuno – Liontin serta kancing serta gesekan memberikan bahwa penduduk Wallacea sama majunya menggunakan orang Eropa selama Zaman Es.
Catatan arkeologi manusia terbaru yg hidup pada rantai pulau yg dikenal menjadi Wallacea, yang mencakup bagian berasal Indonesia terbaru, sangat jarang.

dari 2.000 pulau kecil daftar sbobet yg diklaim menjadi bagian dari Wallacea, banyak di antaranya tidak dapat dihuni, Charles Q. Choi berasal LiveScience melaporkan bahwa hanya beberapa situs di tujuh pulau yg telah dipelajari.

Jadi, mungkin tidak mengherankan bahwa penemuan baru – baru ini, termasuk artefak budaya yg baru ditemukan yg asal asal 30.000 hingga 22.000 tahun yg kemudian, membalikkan anggapan tentang penghuni awal Wallacea.

Benda Kuno yang Ditemukan di Indonesia

Berdasarkan siaran pers, pada sebuah gua pada pulau Sulawesi, Indonesia, para peneliti menemukan manik-manik yang terbuat dari gading babirusa seperti babi dan liontin yang terbuat berasal tulang jari kuskus beruang, sejenis marsupial yang hidup pada pepohonan.

Para arkeolog pula menemukan batu yang dipotong menggunakan pola geometris dan tulang binatang berongga dengan jejak oker di atasnya yg mampu dipergunakan buat meniup pigmen pada batu buat membangun seni.

“Penemuan ini penting sebab menantang pandangan lama bahwa komunitas pemburu-pengumpul di wilayah tropis Pleistosen Asia Tenggara kurang maju dibandingkan rekan-rekan mereka di Eropa Paleolitik Atas, yg sudah usang dicermati menjadi daerah kelahiran budaya manusia terkini,” Adam Brumm, arkeolog di Universitas Griffith Australia dan rekan penulis makalah ihwal temuan pada Proceedings of the National Academy of Sciences, memberi tahu Choi.

Alice Klein asal New Scientist melaporkan benda kuno bahwa tim memutuskan untuk menggali kawasan penampungan sebab tanda – tanda lain berasal kecanggihan budaya awal ditemukan pada wilayah tersebut di tahun 2014 termasuk stensil tangan berusia 40.000 tahun serta penggambaran babirusa berusia 35.000 tahun.

Artefak baru membangun narasi baru wacana orang-orang pertama yg pindah ke daerah tadi. “Gagasan bahwa perilaku figuratif yang kompleks tak ada pada Wallacea serta Australia waktu ini tak benar,” Peter Veth, seseorang arkeolog di University of Western Australia yg tak terlibat pada penelitian ini, mengatakan pada Klein. “Sangat menyenangkan bahwa kami sekarang mengisi kekosongan.”

Sementara penelitian memberikan kecanggihan orang-orang yg pindah ke daerah tadi, para peneliti jua berkata itu membagikan bahwa pindah ke wilayah baru serta menemukan spesies info juga membarui cara manusia purba memandang dunia dan memengaruhi praktik spiritual mereka.